JAYAPURA,LELEMUKU.COM – Guna mengetahui aktifitas dan rencana kerja PT. Pelindo 4 Cabang Jayapura maka Wakil Ketua III DPRP Yulianus Rumbairust,S.Sos,MM melakukan kegiatan Hearing/Dialog bersama Manajemen PT.Pelindo 4 Jayapura, pada Selasa, (15/09/2020).
Hasil pertemuan yang dilakukan Wakil Ketua III DPR Papua, Yulianus Rumboirussy bersama Manajemen PT.Pelindo 4 Cabang Jayapura yang diwakili Manager Operasional oleh Edi Heriyanto akhirnya menjawab bahwa selama ini barang – barang yang dipasarkan di Jayapura maupun Papua memiliki harga jauh lebih mahal tak lepas dari biaya operasional dalam artian jika berbicara fasilitas, kapasitas maupun teknologi untuk bongkar muat di Perlabuhan Peti Kemas dipastikan tak ada masalah.
Yang membuat harga barang menjadi mahal adalah dari ratusan bahkan ribuan kontainer yang masuk ke Jayapura setiap bulan ternyata sekembalinya ke daerah asal seperti Surabaya dan Jakarta ternyata lebih banyak dalam keadaan kosong. Alhasil pihak yang berbisnis di bidang ini sudah menghitung lebih dulu dengan menaikkan biaya pengiriman karena kembali kosong tadi.
“Bagian ini menjadi satu pergumulan termasuk menjawab aspirasi masyarakat yang sering kami terima. Kenapa barang – barang masih mahal, ini tak lepas dari boks kontainer yang kembali dalam keadaan kosong sehingga membutuhkan cost untuk menutupi biaya operasional,” tegas Rumbairusy kepada Humas DPRP usai pertemuan di kantor Pelindo Jayapura, Selasa (15/9).
Dan untuk menjawab hal ini kata Wakil Ketua III DPRP yang bertanggungjawab sebagai Koordinator Komisi Bidang Perekonominan ini tak lain adalah dengan menghidupkan industri dan ini perlu didukung dengan infrastruktur yang mendukung keberadaan industri tadi.
“Yang paling ril adalah industri disektor pertanian sebab itu yang digeluti masyarakat. Dan kalau dikaitkan dengan pemerintah saya pikir kayu menjadi hal yang paling memungkinkan agar kontainer bisa kembali dengan kondisi terisi. Kalau kosong ya pasti mahal,” tambahnya.
Sementara Edi Heriyanto menambahkan bahwa dalam satu jam pihaknya bisa membongkar sebanyak 12 – 15 peti kemas.
Nah kata Edi bicara kapasitas maka akan berbicara soal trafict, hanya pertumbuhan peti kemas di Jayapura belakangan ini terbilang lesu, hanya 2 – 3 persen pertahun. Malah dari 2019 – 2020 sempat turun 1 persen. Namun untuk bongkar muat saat ini di pelabuhan Jayapura dianggap masih memadahi apalagi Pelindo melakukan penambahan area sehingga tak ada masalah plus didukung alat Container Crene.
Terkait boks kontainer yang kembali dalam keadaan kosong, Edi mencontohkan kapal spil saat melakukan bongkar muat biasanya 500 vol dan yang dimuat hanya 100 vol artinya hanya sekitar 10 persen kontainer yang bisa kembali dalam keadaan diisi.
“Lalu kalau terkait kemacetan saya pikir ini karena seluruh aktifitas bongkar muat dilakukan di dalam pelabuhan namun sejak Januari lalu untuk kontainer ukuran 20 feet dilakukan di depo hamadi kecuali 40 feet yang dilakukan di pelabuhan jadi sudah ada pemisahan dari ukuran untuk menghindari kemacetan,” Pungkasnya (HumasDPRP)